Pengertian
Menurut Terry (Syamsi, 1995) pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih, tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang memungkinkan. Hal ini didukung oleh pernyataan Siagian (dalam Syamsi, 1995) bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Menurut Terry (Syamsi, 1995) pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih, tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang memungkinkan. Hal ini didukung oleh pernyataan Siagian (dalam Syamsi, 1995) bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Fase-fase Pengambilan Keputusan
§ Fase
Inteligensi
Inteligensi dalam
pengambilan keputusan meliputi pemindaian (scanning) lingkungan, baik secara
bertahap maupun terus-menerus. Inteligensi mencakup berbagai aktifitas yang
menekankan identifikasi situasi atau peluang-peluang masalah (termasuk juga
memonitor hasil dari fase implementasi).
Fase inteligensi dimulai dengan identifikasi terhadap tujuan dan sasaran organisasional yang berkaitan dengan isu yang terkait dan menentukan apakah tujuan tersebut telah terpenuhi. Pada fase pertama ini, sesorang berusaha menetukan apakah ada suatu masalah, mengidentifikasi gejala-gejalanya, menentukan keluasannya, dan mendefinisikan secara eksplisit.
§ Fase
Desain
Fase ini meliputi
kegiatan menemukan atau mengembangkan dan menganalisa kemungkinan alternatif
solusi. Termasuk kegiatan memahami masalah dan menguji beberapa kemungkinan
solusi. Sebuah model dari masalah dalam pengambilan keputusan dibangun, diuji
dan divalidasi.
Membuat model meliputi kegiatan mengkonseptualisasikan masalah dan menyederhanakannya ke dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif.
§ Fase
Pilihan
Fase pilihan merupakan
tahapan kritis dalam pengambilan keputusan. Fase pilihan adalah fase dimana
dibuat suatu keputusan yang nyata dan diambil suatu komitmen untuk mengikuti
tindakan tertentu. Batasan antara fase pilihan dan desain seringkali tidak
jelas, karena ada beberapa aktivitas tertentu dapat dilakukan selama ke dua fase
ini dank arena seringkali seseorang berpindah dari aktivitas pilihan ke
aktifitas desain.
Fase pilihan meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi terhadap suatu solusi yang tepat untuk model.
§ Fase
Implementasi
Dalam fase ini, sebuah
tindakan dilakukan sebagai bentuk realisasi dari pemilihan sebuah solusi dari
masalah yang ada. Pada awal tahun 1970an, Scott Morton merumuskan konsep Sistem
Penunjang Keputusan adalah sistem interaktif berbasis komputer yang membantu
mengambil keputusan memanfaatkan data dan model untuk memecahkan masalah yang
tidak terstruktur. (Gory and Scott Morton,1971;Effraim,2007).
Proses pengambilan keputusan
Janis (1987) mengemukakan lima tahapan dalam mengambil keputusan, yaitu:
1. Appraising the Challenge
Ketika individu dihadapkan pada suatu informasi atau kejadian yang menyita
perhatian tentang sebuah keyataan bahwa ia akan kehilangan, individu cenderung
tetap menggunakan suatu sikap yang tidak memperdulikan serangkaian kegiatan yang
diikuti untuk mendapatkan kepuasan dalam dirinya sendiri. Informasi yang
menantang menghasilkan krisis sementara, jika individu memulai untuk menimbang
kebijakan untuk melanjutkan masalah. Pada tahap individu mulai merasa tidak
nyaman berada dalam kondisi tertentu dan ia menyadari adanya kesempatan dan
tantangan untuk berubah. Individu mulai memahami tantangan serta apa manfaat
tantangan tersebur bagi dirinya.
Pemahaman yang baik akan tantangan yang dihadapi penting, agar pengambil
keputusan terhindar dari asumsi-asumsi yang salah atau sikap terlalu memandang
remeh masalah yang kompleks.
2. Surveying Alternatives
Ketika individu telah percaya diri (yakin) dalam menentukan kebijakan yang
dipilih, maka individu akan mulai memfokuskan perhatian pada satu atau lebih
pilihan. Menerima permasalahan, individu mulai mencari pilihan-pilihan tindakan
yang akan dilakukan di dalam memorinya, mencari saran dan informasi dari orang
lain mengenai bagaimana cara untuk mengatasi ancaman tersebut. Individu
biasanya mencari saran dari apa yang diketahui orang yang ia kenal baik dan
menjadi lebih perhatian pada informasi yang berkaitan pada media massa.
Individu lebih menaruh perhatian pada rekomendasi berupa saran-saran untuk
menyelesaikan permasalahan, meskipun saran tersebut tidak sesuai dengan
keyakinannya sekarang ini.
3. Weighing Alternatives
Individu yang mengambil keputusan pada tahap ini melakukan proses pencarian
dan evaluasi dengan teliti, berfokus pada mendukung atau tidaknya
pillihan-pilihan yang ada untuk menghasilkan tindakan terbaik. Dengan waspada
individu membicarakan keuntungan dan kerugian dari masing-masing pilihan hingga
individu tersebut merasakan percaya diri dan yakin dalam memilih satu yang
dinilai objektif. Individu berusaha memilih alternatif yang terbaik di antara
pilihan alternatif yang tersedia baginya. Ia mempertimbangkan keuntungan,
kerugian serta kepraktisan dari tiap-tiap alternatif hingga ia merasa cukup
yakin untuk memilih satu alternatif yang menurutnya paling baik dalam upayanya
mencapai tujuan tertentu. Adakalanya saat ia mempertimbangkan
alternatif-alternatif secara bergantian, ia merasa tidak puas dengan semua
alternatif yang ada. Ia menjadi stress dan dapat kembali ke tahap dua.
4. Deliberating About Commitment
Setelah memutuskan, individu akan mengambil sebuah perencanaan tindakan
tertentu untuk dilaksanakan, pengambil keputusan mulai memikirkan cara untuk
mengimplementasikannya dan menyampaikan keinginannya tersebut kepada orang
lain. Disamping itu, ia juga mempersiapkan argumen-argumen yang mendukung
pilihannya tersebut khususnya bila ia berhadapan dengan orang-orang yang
menentang keputusannya tersebut, dikarenakan pengambil keputusan menyadari
bahwa cepat atau lambat orang-orang pada jaringan sosialnya yang tidak secara
langsung terkena dampak seperti; keluarga, teman, akan mengetahui tentang
keputusan tersebut.
5. Adhering Despite Negative Feedback
Banyak keputusan memasuki periode ”Honeymoon”, dimana pengambil keputusan
sangat bahagia dengan pilihan yang ia ambil dan menggunakannya tanpa rasa
cemas. Tahapan kelima ini menjadi setara dengan tahapan pertama, dalam rasa
dimana masing-masing kejadian atau komunikasi yang tidak diinginkan membangun
negative feedback yang merupakan sebuah permasalahan potensial untuk mengambil
kebijakan yang baru. Tahap kelima menjadi berbeda dengan tahap pertama dalam
kejadian ketika sebuah masalah sangat berpengaruh atau sangat kuat dan
memberikan respon postitif pada pertanyaan pertama, fokus pada resiko serius
ketika tidak dibuat perubahan, pengambil keputusan hanya tergoncang sesaat
meskipun permasalahan lebih ia pilih diselesaikan dengan keputusan sebelumnya.
.
Teknik Pengambilan Keputusan
1. Operation Research
merupakan dengan menggunakan suatu metode-metode scientific (yang terdiri dari teknik-teknik matematis) dalam analisis dan pemecahan suatu maslah tertentu, penerapan dalam teknik ini yaitu usaha inventarisasi.
merupakan dengan menggunakan suatu metode-metode scientific (yang terdiri dari teknik-teknik matematis) dalam analisis dan pemecahan suatu maslah tertentu, penerapan dalam teknik ini yaitu usaha inventarisasi.
2. Linear Programming
merupakan dengan memakai rumus-rumus matematik yang disebut juga dengan vector analysis.
merupakan dengan memakai rumus-rumus matematik yang disebut juga dengan vector analysis.
3. Gaming War Games
merupakan dengan teori yang biasa dipakai dalam menentukan strategi.
merupakan dengan teori yang biasa dipakai dalam menentukan strategi.
4. Probability
merupakan dengan sebuah teori kemungkinan yang bisa diterapkan pada kalkulasi rasionalitas hal-hal yang tidak normal, dalam mengenai sebuah keputusan yang dipertimbangkan dan diperhitungkan.
merupakan dengan sebuah teori kemungkinan yang bisa diterapkan pada kalkulasi rasionalitas hal-hal yang tidak normal, dalam mengenai sebuah keputusan yang dipertimbangkan dan diperhitungkan.
5. Rangking and statistical weighting
Yaitu dengan cara:
Yaitu dengan cara:
- Menempatkan berbagai faktor yang akan
mempengaruhi suatu keputusan akhir
- menimbang suatu faktor-faktor yang
bisa dibandingkan dan yang tercakup didalam setiap alternatif.
Tipe-tipe Pengambilan Keputusan
Tipe Pengambilan
keputusan ( Decision making) : adalah tindakan manajemen dalam pemilihan
alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan dibagi dalam
3 tipe :
1. Keputusan terprogram/keputusan
terstruktur :
Keputusan yang
berulang-ulang dan rutin, sehingga dapat diprogram. Keputusan terstruktur
terjadi dan dilakukan terutama pada manjemen tingkat bawah. Contoh : keputusan
pemesanan barang, keputusan penagihan piutang,dll.
2. Keputusan setengah terprogram / setengah
terstruktur :
keputusan yang
sebagian dapat diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak
terstruktur. Keputusan ini sering bersifat rumit dan membutuhkan
perhitungan-perhitungan serta analisis yang terperinci. Contoh : Keputusan
membeli sistem komputer yang lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.
3. Keputusan tidak terprogram/ tidak
terstruktur :
keputusan yang tidak
terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di
manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tidak terstruktur
tidak mudah untuk didapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari
lingkungan luar.
Contoh Studi Kasus
Studi Kasus NOKIA
Studi Kasus NOKIA
Akar Nokia berasal dari sebuah
perusahaan papermill di Finlandia Barat Daya yang didirikan Fredrik Idestam
pada tahun 1865. Tak jauh dari tempat itu pada 1898 berdiri perusahaan Finnish
Rubber Works Ltd. dan kemudian pada 1912 beroperasi Finnish Cable Works. Pada
tahun 1967 ketiga perusahaan tersebut merger membentuk Nokia Corporation.
Markas besar Nokia terletak di Keilaniemi, Espoo, Finlandia.
Pada 1970-an Nokia terlibat dalam
industri telekomunikasi dengan mengembangkan Nokia DX 200, sebuah digital swith
untuk peralatan telepon. Nokia kemudian memperkuat posisinya pada era 1980-an
dalam telekomunikasi dan peralatan elektronika dengan mengakuisisi Mobira,
Salora, Televa dan Luxor dari Swedia.
Nokia juga menawarkan computer PC
bernama Mikro Mikko tetapi kemudian menjualnya ke International Computer Ltd
(ICL) yang kemudian menjadi bagian dari Fujitsu, di bawah pengelolaan
Fujitsu-Siemens AG. Nokia kemudian mengembangkan telepon seluler untuk NMT
Network, sayangnya, perusahaan mengalami masalah keuangan tahun 1990-an
sehingga akhirnya memutuskan berkonsentrasi ke bisnis telepon seluler dan
melakukan divestasi di bisnis televise dan komputer PC.
Tahun 1987 Nokia menguasai operasi
dan bagian bisnis komponen dari German Standard Elektrik Lorenz begitu pula
perusahaan elektronik Perancis Oceanic. Pada tahun itu juga Nokia membeli
perusahaan mesin kabel Swiss bernama Maillefer. Pada akhir 1980-an Nokia
menjadi perusahaan teknologi informasi terbesar di Skandinavia dengan
mengakuisisi divisi system data milik Ericsson. Kemudian pada 1989 Nokia
melakukan ekspansi di industri kabel ke benua Eropa dengan menguasai pabrik
kabel Belanda NKF.
Pada tahun 1992 Jorma Ollila, CEO
Nokia, menetapkan strategi yang mereka sebut sebagai “an all out strategy”
dengan melakukan fokus pada bisnis telekomunikasi. Ollila kemudian menetapkan
untuk menggenjot produksi telepon seluler GSM. Pada 1994 Nokia masuk ke bursa
saham New York.
Nokia memiliki budaya perusahaan
yang dikenal sebagai Nokia Way yang didalamnya memasukkan kecepatan dan
fleksibilitas dalam pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi jaringan yang
ramping. Nokia memberikan kesempatan yang sama serta keterbukaan disamping
kepemimpinan manajemen dan partisipasi karyawan.
Nokia adalah sebuah kelompok
teknologi telepon seluler yang memiliki pemikiran maju dengan mengeluarkan
jutaan dolar untuk biaya riset dan pengembangan serta membanggakan produknya
sebagai “yang pertama di pasar” dengan aplikasi-aplikasi terbaru. Meski
terletak di Finladia bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar di antara para
karyawan di perusahaan. Nilai-nilai yang menjadi pegangan Nokia adalah Customer
Satisfaction, Respect, Achievement, dan Renewal.
Prestasi Nokia antara lain menjadi
pelopor dalam industri telepon mobil. Nokia 6100 menjadi ponsel terkecil di
dunia dengan daya tahan baterei paling lama danm tampil sebagai bintang.
Sementara itu, Nokia 9000 menjadi telepon seluler pertama yang mampu menjelajah
web di Internet.
Langkah sukses Nokia diawali dengan
menjual Total GSM System (mobile phone dan infrastructure base station).
Nokia pun menjadi satu dari dua besar pemasok GSM based celluler networks. Pada
tahun 1997 ia menjadi produsen telepon seluler terbesar kedua di dunia dengan
total penjualan bersih 1997 mencapai US$ 9,8 miliar serta menjadi pabrikan di
tiga benua di lebih dari 10 negara.
Kelebihan lainnya ponsel Nokia
digunakan di lebih dari 30 negara dan teknologi GSM Nokia dipakai oleh 72
operator di lebih dari 36 negara. Sedangkan, Nokia Fixed Network System dipakai
di lebih dari 50 negara. Pusat R&D Nokia terdapat di empat benua serta
memiliki 41.000 pegawai di seluruh dunia. Setiap 1 dari 4 pegawai Nokia bekerja
di bagian R&D.
Sebagai produsen ponsel Nokia
bertarung denga dua raksasa yakni Motorola dan Ericsson. Sementara
pemain-pemain lain seperti Samsung, Philips, Siemens dan Panasonic bersusah
payah untuk meraih posisi terhormat itu.
Motorola
Ericsson Nokia
- Penjualan
1997 US$ 29,8 US$ 21,1 US$ 9,84
- Persen
kenaikan 6,5 % 35 % 34 %
- Laba
operasi US$ 1,95 US$ 2,37 US$ 1,58
- Persen
pertumbuhan Datar 75 % 98 %
Dua motor penggerak Nokia adalah
telepon seluler dan base station. Keduanya menyumbang 88 persen
dari penjualan Nokia. Meningkat dari US$ 2,1 miliar pada tahun 1993 menjadi US$
8,7 miliar pada 1997. Kondisi itu membuat investor kemudian ramai-ramai membeli
saham Nokia. Apa yang membuat Nokia sukses? Tidak lain karena Nokia memiliki
mimpi. Sehingga ketika pasar telepon seluler meledak Nokia sudah lebih siap
dari para pesaingnya.
Visi Jorma Ollila, CEO Nokia
Corporation adalah untuk menjadikan Nokia nomor satu dalam penjualan telepon
seluler, pertumbuhan dan return on capital employed. Nokia juga
pertama dalam teknologi 3G.
Jorma Ollila melakukan
langkah-langkah jitu sebagai berikut. Pertama, fokus. Pada
tahun 1996 Nokia melakukan perampingan bisnis dengan menjual bisnis kabel dan
televise berwarna miliknya. Dengan demikian Nokia mampu berkonsentrasi pada
bisnis inti yang menjadi kompetensinya. Kedua, memacu inovasi
dan kreatifitas melebihi para pesaingnya. Nokia membangun pusat R&D di
Finlandia dan membangun jaringan pemasok dari seluruh dunia. Agar pertumbuhan
penjualan dan laba pada tingkat 25-30 %, Nokia harus memacu R&D dengan
mengeluarkan model baru pada tingkat yang sangat cepat. Kecepatan (speed)
menjadi perhatian Nokia sehingga pada waktu itu mampu melempar produk baru ke pasar
setiap 35 hari. Ketiga, mengerti kebutuhan pelanggan dengan
cara mendengar.
Pada musim semi 1996 tim riset
khusus berkumpul di Salo, Helsinki dengan tugas untuk mempelajari apa keinginan
dan kebutuhan konsumennya (consumer needs and want).Target waktu
ditetapkan 20 bulan. Launching dilakukan November 1997 di Beijing, RRC.
Hasilnya berupa Nokia 6100 yang diluncurkan tepat waktu dan menjadi bintang
telepon seluler karena terjual hingga 3 juta unit serta digunakan AT&T
untuk program promosinya di AS.
Jorma Ollila, CEO Nokia Corporation
berpendapat, “Orang cenderung menjadi keenakan dan merasa puas diri sehingga
mereka perlu menerjuni sesuatu yang baru yang tidak dimengerti dan perlu
dorongan untuk menumbuhkan insting mereka yang terkuat, yang sangat diperlukan
mempertahankan kelangsungan hidup.”
Pada tanggal 1 Juli 1998, Ollila
mengumpulkan sekitar 40 eksekutifnya, merombak jabatan mereka dan memberi
mereka tugas baru untuk memposisikan Nokia menghadapi abad 21 yang akan
datang. Removing people from their comfort area bagi Ollila
bukan menjadikan orang slip and you die melainkan slip
and you grow.
Nokia menjadi merek nomor satu di
berbagai pasar di seluruh dunia mengalahkan dominasi Motorola. Produk Nokia
sukses di pasar tanpa perlu menggunakan sub brand melainkan lebih berkosentrasi
pada corporate brand, memberikan produk individu sebuah merek
generik. Pembedanya terletak pada seri nomor dari produk itu, yang bahkan tidak
ditampilkan di produk itu sendiri. Jadi kekuatannya terletak pada corporate
brand.
Sementara merek lainnya mengalami
kegagalan, Nokia meraih kesuksesan disebabkan karena mengandalkan pada
teknologi yang mau mengerti pada penggunanya serta melibatkan manfaat emosional
pelanggan. Nokia memiliki banyak karakteristik pribadi bagi mereknya, tetapi
para pekerjanya tidak perlu mengingat karakteristik itu. Mereka, sebaliknya,
haris selalu mengingat semua impresi yang ada dalam daftar atribut produk yang
harus dilakukan pada waktu Anda memikirkan orang yang hendak Anda temui.
Saat fokus pada customer
relationship, maka kepribadian Nokia bagaikan sahabat yang dapat dipercaya.
Membangun pertemanan dan kepercayaan merupakan jantung dari merek Nokia.
Sedangkan dimensi manusia diciptakan melalui kepribadian merek pada strategi
positioning merek.
Ketika meletakkan merek di
tengah keramaian telepon seluler di pasar maka pesan yang disampaikan harus
jelas dengan membawa serta teknologi dan sisi manusiawi pada komunikasinya
dengan sangat kuat. Pesan spesifik yang disampaikan dalam tiap iklan dan
komunikasi iklan adalah “Only Nokia Human Technolgy enables you to get more
out of life.“
Dalam kesempatan lain, Nokia
menampilkan tag line berbunyi : “We call this human technology”.
Pesan sebagai “human teknologi” tersebut menumbuhkan
kepercayaan yang besar dari pelanggan bahwa Nokia memang sangat memperhatikan
pelanggannya.
Sementara itu, apa saja yang
dilakukan pesaingnya Motorola?
Pada tahun 1994 ketika Motorola
mengklaim menguasai 60 persen pasar seluler AS, sebuah teknologi alternatif
sebagai pengganti sistem analog mulai dilirik oleh perusahaan penyedia jasa
telepon nirkabel. Teknologi yang di kemudian hari dikenal sebagai teknologi GSM
mula-mula dinamakan PCS (Personal Communication System). Teknologi
analog meneruskan panggilan telepon melalui gelombang suara. Sinyal dapat
terganggu, panggilan seringkali gagal, dan sangat mudah bagi penyusup yang
tidak berhak untuk mendengarkan percakapan. Sebaliknya, PCS menerjemahkan
panggilan-panggilan menjadi sinyal-sinyal digital — sehingga gangguan dapat
dihilangkan melalui sebuah program — sementara kode-kode pengaman juga dapat
diprogramkan.
Motorola mengabaikan saran
dari perusahaan jasa telepon besar yang menjadi pelanggannya. Mereka
mengatakan,”Kami membutuhkan digital, kami membutuhkan digital.” Tetapi
Motorola malahan mengeluarkan Star-TAC yang berteknologi analog. Para pemasok
mengunjungi Shaumburg, kantor pusat Motorola di negara bagian Illinois, AS
selama 1993-1994 tetapi Motorola tidak berbuat apa-apa bahkan sampai pada 1996
ketika mereka telah kehilangan kesempatan pertama teknologi digital.
Jadi, Motorola sebenarnya
memiliki kemampuan untuk membuat telepon digital serta data ekstensif yang
memberikan indikasi bahwa pasar meminta sistem digital. Tetapi, Motorola
melakukan tindakan “tidak rasional” dengan beranggapan bahwa 43 juta pelanggan
mereka tidak mungkin melakukan kesalahan dan yang diperlukan pelanggan adalah
telepon analog yang lebih baik dan lebih manis bentuknya. Pada intinya Motorola
menolak untuk berubah karena merasa pelanggannya sudah cukup besar.
Kesimpulannya pangsa pasar telepon
seluler direbut Nokia dan Ericsson karena Motorola sangat terlambat dengan
generasi baru telepon seluler dan terpaku pada sistem analog padahal pasar
mulai beralih ke sistem digital. Pesaing bergerak lebih cepat dari Motorola.
Ketika Motorola akan meluncurkan telepon seluler yang mampu bekerja pada sistem
analog dan digital, tetapi tidak akan siap pada Natal tahun tersebut. Padahal
waktu itulah terjadi kebutuhan pasar tertinggi yakni sekitar 40 persen.
Ketika meluncurkan V-series ,
Motorola sekali lagi mengulangi kesalahan yang dibuat waktu meluncurkan seri
Star-TAC. Motorola menjual terlalu mahal yakni US$ 500 dibandingkan rata-rata
pesaing US$ 150-US$ 200. Motorola melakukan kesalahan dalam pricing
strategy. Mereka salah menilai “price to value” seharusnya
mereka melakukan “benchmark”.terlebih dahulu.
Motorola perlu strategi untuk
mengembangkan bisnis infrastruktur karena bisnis akhir itu sangat tergantung
pada infrastruktur. Sebab itulah yang mengatur panggilan seluler. Di masa depan
jaringan seluler akan menggunakan fast routers yang akan mengurangi kesenjangan
antara Motorola dan pesaingnya. Tetapi sekali lagi Motorola ketinggalan dari
Nortel yang mengambil alih Bay Networks, perusahaan spesialis high
capacity routers. Sekali lagi kecepatan sangat penting.
Pelajaran yang dapat dipetik dari
kasus NOKIA tersebut adalah bahwa faktor kecepatan dalam pengambilan keputusan
sangat diperlukan sekali oleh pemimpin pasar. “Lengah sedikit maka peluang akan
diambil pesaing,”.
Sumber :
http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-pengambilan-keputusan_18.html
http://www.noficahyono.com/2016/12/fase-fase-pengambilan-keputusan.htmlhttp://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-macam-dan-5-teknik-pengambil-keputusan-beserta-tujuannya-secara-lengkap/
http://nuugraahaailsa.blogspot.co.id/2012/10/tipe-tipe-pengambilan-keputusan.html
http://willysidharta.blogspot.co.id/2006/12/belajar-perubahan-dari-dua-perusahaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar